




Mencermati Rumah Tradisional Simalungun versus Rumah Tradisional Jepang Kuno
Kasatnews.id , Batu Bara – Mencermati rumah adat tradisional di beberapa wilayah seperti di Sumatera Utara hingga rumah adat tradisional luar daerah terdapat persamaan yang menjadikan pengetahuan kita akan arti dari bentuk serta asal – usul mula sejarah rumah adat tradisional tersebut di bangun.
Mulai dari tekhnik pembuatan dan hingga bahan dari material serta alat-alat pekerjaan bangunan yang menjadi pilihan pemilik bangunan rumah. Dalam persamaan bentuk bangunan juga menjadi ciri khas dan keutamaan bangunan rumah adat tersebut hingga dari alasan bentuk bangunan rumah dibangun. Seperti hal nya rumah adat panggung bertiang dengan atap lancip dan sebagai nya.
Rumah adat adalah bangunan yang memiliki ciri khas khusus, digunakan untuk tempat hunian oleh suatu suku bangsa tertentu. Rumah adat atau rumah tradisional merupakan rumah yang memiliki ciri khas budaya atau gaya tertentu yang mencerminkan ciri khas dari suatu wilayah.
Ciri khas dari rumah adat ini ada pada bangunannya yang berbentuk limas dengan tipe rumah panggung. Bagian kolongnya dibuat setinggi dua meter dengan tujuan menghindari serangan hewan buas seperti, Harimau, Ular, Babi hutan dan berbagai hewan liar lainnya.
Untuk itu rumah adat tradisional disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat dan kondisi alam yang berbeda-beda di setiap wilayahnya.
Dengan adanya rumah adat di daerah asal kita, kita harus berbangga akan adanya hal tersebut. Hal ini dikarenakan rumah adat mencerminkan adanya kekayaan budaya daerah dan juga menunjukkan bahwa nenek moyang Indonesia memiliki kelebihan yang luar biasa dalam bidang arsitektur.
Mencermati rumah adat tradisional Simalungun bahwa dalam bahasa Simalungun, untuk mengatakan rumah adalah “rumah”, di depan rumah tradisional Simalungun terdapat sebuah kepala kerbau. Rumah kecil disebut “jabu” dan rumah besar disebut “rumah bolon”.
Gubuk di sawah dinamakan “sopou” dan di ladang darat disebut “jambur”. Adapun rumah tempat rapat atau pertemuan dinamakan “balei”.
Untuk melindungi rumah dari hujan, di atasnya dipasang atap, dalam bahasa Simalungun disebut “tayub”. Atap rumah biasanya menggunakan ijuk yang disebut “aribut”. Di atasnya terdapat sebuah rumah kecil yang disebut “hurung manik”.
Rumah dapat berdiri tegak ditopang oleh tiang-tiang yang disebut “basikah”. Kayu balok bersusun yang menjadi tiang ini disebut “ransang”. Di dalam rumah terdapat lantai kayu yang disebut “dasor” dan di bagian depan rumah terdapat teras yang disebut “lopou”. Di bawah rumah terdapat kolong yang sering digunakan sebagai kandang ternak yang disebut “tongkarang”.
Sekedar untuk diketahui bahwa terkait rumah adat tradisional Simalungun Sumatera Utara dengan rumah adat orang Jepang yang sebelumnya mendapat pengaruh dari Cina memiliki model yang mirip dengan rumah tradisional Simalungun yang ada di Sumatera Utara. Namun apakah itu ada kaitannya dengan persamaan akan tradisi dan budaya masing-masing daerah tersebut?
Seiring waktu berjalan hingga kini bentuk – bentuk rumah dengan berbagai model telah menggerus rumah adat tradisional hingga nyaris di telan jaman, bukan berarti dari ketahanan rumah tradisional dengan rumah model dan bentuk rumah jaman sekarang lebih kuat, melainkan rumah adat tradisional lebih kokoh dan lebih tahan lama yang memang di rancang sedemikian rupa oleh ahli-ahli bangunan yang pernah ada di jaman nya.
(As)