

Mengenang History Pakaian Karung Goni, Jepang Masuk Indonesia (1942-1945)
Kasatnews.id , Batu Bara – Di jaman pendudukan Jepang di Indonesia Tahun 1942 hingga sampai 1945, saking susahnya penduduk Indonesia yang terpaksa menggunakan pakaian terbuat dari karung goni. Bahkan rakyat dikalangan kelas bawah bertelanjang dada dan sesekali mereka hanya menutupi dengan alang-alang kering atau kulit kayu.
Padahal sawah ladang mereka cukup luas tapi hasil bumi mereka tidak bisa dinikmatinya, dirampas. Mereka kerja di tanah sendiri tapi tidak bisa makan kenyang, meski rakyat pandai memintal benang dari kapas dan menenun nya menjadi kain tapi hasilnya gak bisa dinikmati untuk dipakai.
Tidak ada pilihan, maka pakaian Karung goni dipakai, meski sangat tidak nyaman di pakai, karena seratnya yang kasar, pada saat terkena keringat karung goni ini menyebabkan rasa gatal dikulit, bahkan mudah mengandung bakteri dan kutu, sehingga rakyat dikala itu sangat mudah diserang berbagai penyakit kulit.
Betapa tersiksa nya rakyat Indonesia ketika di masa Penjajahan Jepang di kala itu, kita bisa membayangkan betapa tidak enaknya di Jaman penjajahan Jepang. Mereka kejam dan bengis, tidak sedikit rakyat Indonesia mati di tangan penjajah Jepang meski Jepang yang hanya 3.5 tahun berada di Indonesia.
Mungkin hari ini, Perubahan Jaman dari hasil perjuangan para pejuang bilamana kita kilas balik dari perkiraan para pejuang dan pahlawan kita sangat jauh dari harapan. Sebab saat ini terlihat yang kaya semakin rakus dengan kekayaanya. Bahkan mereka itu tidak malu-malu lagi merampok kekayaan negara dan memeras rakyat nya. Padahal leluhur para pejuang berkorban kan darah, air mata bahkan harta dan nyawa demi masa depan para generasi bangsa ini.
Begitu pula dengan para pejabat yang hari ini terlihat semakin haus dengan jabatanya, bahkan untuk mendapatkan jabatan nya melakukan dengan segala cara yang dihalalkan. Para pejuang yang berjuang demi masa depan generasi bangsa kita mungkin kecewa?
Padahal jika kembali ke Jaman belum ada listrik, belum ada lampu penerangan jalan, belum ada jalan beraspal, saat masih menggunakan obor jika berjalan di malam hari, belum ada telekomunikasi secanggih sekarang ini. Mereka para Penguasa dan pejabat mungkin masih makan panganan dari Ubi, Pisang dan hasil tanaman yang mudah tumbuh di hutan. Sedangkan tanaman yang memang sengaja di tanam di kebun, sawah dan ladang seperti rempah, palawija, holtikultura, sudah pasti di kuasai oleh Jepang.
Disisi lain kehidupan rakyat Indonesia pribumi dijadikan oleh penjajah Jepang sebagai pekerja paksa yang di sebut dengan nama Romusha (Serdadu kerja). Secara harfiah romusha dapat diartikan sebagai orang – orang yang bekerja pada pekerjaan kasar (buruh). Romusha hampir sama dengan sistem kerja paksa atau tanam paksa pada masa penjajahan Kolonial Belanda.
Para romusha dipekerjakan sebagai petani, penambang, tenaga pembangunan dan pekerjaan pekerjaan kasar lain yang hidup dalam kesengsaraan bagi rakyat jelata Bak istilah ” Ayam Mati Di Lumbung Padi” Miris.
Begitu pahitnya kehidupan di jaman penjajahan Jepang, ternyata Tuhan YME mempunyai rencana lain untuk sebuah bangsa besar Indonesia dengan menggerakkan libido syahwat Jendral Jepang Hirohito untuk membangunkan raksasa tidur dengan menyerang pearl harbor pangkalan AS di lautan Pasifik.
Atas serangan Jepang tersebut, AS dan Sekutu tidak tinggal diam dan membalas dendam kepada jepang dengan menjatuhkan Bom atom ke atas kota Nagasaki dan Hiroshima hingga meluluh lantakkan kota Nagasaki dan Hiroshima dan membuat Jepang takluk. Daripada itu Indonesia dapat lepas dari jeratan penjajahan Jepang. Dan penjahat perang jendral Hirohito di tangkap serta di hukum gantung di depan masyarakat jepang.
Namun hari ini apakah masih ada rakyat Indonesia yang masih belum menggunakan layak nya sandang dan pangan yang lebih baik dari jaman Jepang? Mari kita Merdeka kan diri, Bangsa dan Negara dari apapun bentuk penjajahan itu, Merdeka!
Penulis : Khairil Aswat
Editor. : Khairil Aswat
Referensi cerita dari kisah sejarah Masuknya Jepang Ke Indonesia, Pustaka dan Poto Tempoe daoloe.