Mensiasati Sejarah Kerajaan NAGUR Marga Damanik Di Batubara
Kasatnews.id , Batubara – Dalam kisah sejarah kerajaan NAGUR Marga Damanik di Sumatera Timur dan sebagian wilayah Sumatera Utara tepat nya Simalungun memiliki empayer semasa peradaban Tuan Pangulubalang Sipolha Raja Sosiar Mangula (500 H disaat ajaran Hindu dan Buddha – hingga 1946 M setelah masuk nya ajaran Islam menyebar dibelahan bumi Sumatera/Andalas disaat itu).
Sekedar untuk diketahui bahwa marga Damanik diambil dari kata Simada Manik (pemilik manik), yang mana dalam bahasa Simalungun Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat, paling cerdas).
Hal itu diketahui bahwa keberadaan kerajaan NAGUR di pedalaman Sumatera Timur pada abad ke-5 Masehi sempat memiliki masa kejayaan dalam mengembangkan ajaran adat istiadat dan Budaya Nagore (NAGUR) Damanik (Simalungun) meski itu tidak tercatat dalam buku-buku sejarah nasional Indonesia bahkan keberadaan Kerajaan Nagur itupun tidak diketahui dalam buku besar Nasional Negara Republik Indonesia.
Namun dikutip dari beberapa informasi yang dihimpun dari hasil penyelidikan para ahli-ahli sejarah sepeti H. Maratua Siregar guru sejarah di Vervolg School di zaman Belanda di Pamatang Siantar menyatakan ada satu kerajaan di pedalaman Sumatera Timur di tepi sungai Bah Bolon lebih kurang 3 kilometer dari kota Pardagangan yang sekarang dan dahulu nya dikenal dengan nama Pulau Pandan tepatnya sekarang dikenal orang sekitar lokasi Pulau Pandan itu adalah tempat Kramat Suci Kubah Perdagangan.
Datu Parmanik-manik sebagai pendiri Kerajaan Nagur di Pulau Pandan + tahun 490 Masehi. Tuan Sjah Alam Damanik menyebut Datu Parmanik-manik ini dengan nama Sri Nagur Raya Damanik. Pada tahun 570 Masehi telah ada catatan mengenai Nagur ini dalam sejarah Cina waktu Dinasti Sui. Datuk Parmanik-manik menamai kerajaannya Nagur mengingat nama kampung leluhurnya dari India bernama NAGORE.
Salah seorang yang masih ada kaitan dari keturunan Raja NAGUR (Damanik) yakni JSM Damanik mengatakan kepada awak Media ini bahwa ketemadunan kerajaan Silsilah Raja Damanik memiliki kisah perjuangan dalam menyebarluaskan kekuasaan, ajaran Agama, Budaya dan Adat yang di junjung tinggi para awak pemangku Nagori Kerajaan NAGUR sampai sekarang ini.
” Di luar Negri, seperti di Malaysia tepat nya di Pulau Penang juga ada rekam jejak para petualang petinggi awak Negri (NAGUR) dari Raja NAGUR Batubara yang telah bermukim disana. Sebab sampai hari ini silaturahmi antara pemangku Adat yang berada di dua Negara Malaysia dan Indonesia (Simalungun) masih terjaga rasa kekeluargaan nya sampai hari ini.” Ucap JSM Damanik yang hari ini beliau diketahui sebagai Aparat TNI berpangkat Mayor.
Dari kisah lain yang di kaitkan dengan peradaban awak Nagori (NAGUR) Simalungun di Wilayah Batu Bara bermulanya kekuasaan Kerajaan Simalungun di saat Raja Belambangan atau Datuk Belambangan salah-satu putra dari Raja Bujang, putra dari Raja Gamuyang (Pagaruyung) berburu ke wilayah Simalungun dan tersesat hingga bertemu dengan Raja NAGUR Simalungun.
Raja Kerajaan Simalungun menyambut baik Datuk Belambangan beserta rombongan dengan gembira dan mendengar cerita dengan penuh minat mengenai perkembangan Kerajaan Pagaruyung termasuk kabar dari Raja Pagaruyung dan se-isi istana, dan juga tentang cerita perburuan Datuk Belambangan yang tersesat di hutan Simalungun.
Namun yang perlu di ketahui dari sejarah yang dikisahkan bahwa Kerajaan Batu Bara jauh lebih tua daripada sejarah Kesultanan Siak Sri Inderapura karena pendiri Kerajaan Batubara, Datuk Belambangan, mendirikan Kerajaan Batubara lebih dari 40 tahun sebelum Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah (juga dikenal dengan nama Raja Kecil) mendirikan Kerajaan Siak Sri Indrapura (pada 1723).
Hebatnya, Datuk Belambangan selain masih berkerabat dengan Raja Kecil, beliau juga terhitung sebagai paman dari pendiri Kerajaan Siak Sri Indrapura ini. Ini disebabkan ibunda Raja Kecil yang sudah berstatus janda setelah suaminya, Sultan Mahmudsyah II dari Kesultanan Johor (ayah Raja Kecil) dibunuh, dinikahi oleh Raja Bagewang II (bergelar Sultan Abdul Jalil Johan Berdaulat) dari Kerajaan Alam Melayu Minangkabau, atau yang dikenal juga dengan nama Kerajaan Pagaruyung, demikian sebait kisah kerajaan asal Datuk Belambangan sebelum beliau mendirikan Kerajaan di Batu Bara.
Setelah pertemuan dengan Raja NAGUR Simalungun, Datuk Belambangan tinggal cukup lama di Simalungun, dan kemudian jatuh hati pada putri raja Simalungun dan Raja NAGUR pun menyetujui hingga terjadi pesta pernikahan antara Raja Belambangan dengan Putri Raja NAGUR Simalungun.
Raja Simalungun lalu membawa Putri atau istri nya di sebuah wilayah di Batubara dan Raja NAGUR (Simalungun) memberikan wilayah tersebut yang tak berpenghuni (Kuala Gunung) itu kepada menantunya, Datuk Belambangan, karena putri raja (istri Raja Simalungun) sangat menyukai wilayah itu, dan kisah perburuan dan pernikahan Datuk Belambangan, serta keberadaannya di Simalungun dikisahkan terjadi sebelum tahun 1680.
Dan bagaimana dengan suku lain yang ikut menyumbang seri kisah peradaban di Batubara ini, seperti Sultan Langkat, Kerjaan Aceh dan suku-suku lain nya?
*Refrensi kisah di ambil dari kisah yang dikisahkan dari berbagai media tanah air*
Penulis : Khairil Aswat