Eksistensi Kelompok Lidah Panjang Versus Gerakan Radikalisme Ekstrem
Kasatnews.id , JAKARTA – Pemilik lidah panjang selalu disebut-sebut sebagai sosok yang bijaksana dan dewasa. Mereka selalu menampakkan sikap antusiasnya terhadap hal-hal baru atau orang-orang baru disekitarnya. Tak jarang dalam perhelatan politik para pemilik dari sebutan lidah panjang ini begitu aktif bahkan memberikan perlawanan sengit pada pemikiran standard yang penuh ungkapan yang datar serta hambar yang tak ingin mereka dengar lagi. Oleh karena mereka yang masuk kedalam pemikiran standard itu disinyalir sebagai kelompok cari aman dan bermuka dua.
Saat ini, kehadiran para si lidah panjang ini semakin banyak jumlahnya, walau terhimpun kedalam jokower, namun tidak sepenuhnya larut pada nuansa dukungannya secara buta, sebab banyak juga kritik objektif yang disampaikannya, sekalipun mereka pendukung jokowi secara fakta. Namun ketika diusik, justru merekalah yang melakukan perlawanan terhadap pengkhianat dari para kelompok anti pemerintah tersebut. Tentu saja kekuatannya dilirik banyak pihak untuk dirangkul baik oleh politikus maupun eksistensi kekuatan pemerintah.
Bayangkan saja, mereka mampu menguliti siapapun yang tiba-tiba muncul dihadapan publik dengan kritik tanpa alasan, untuk memojokkan jokowi sebagai pilihannya. Walau kritik itu dilindungi secara undang-undang, namun hal itu bukan serta merta yang dapat disematkan kepada mereka yang cenderung menjadikan wahana kritik itu kedalam nuansa kebencian dan penghinaan kepada kepala negara. Balasan kepada pihak yang berbuat seperti itu tentu berdatangan dari para si lidah panjang tanpa mengenal siapa dan berapa lama tayangan posting perlawanan itu dibutuhkan.
Pihak-pihak yang mencari bahkan memburu si lidah panjang itu sulit ditemukan, walau ada satu atau dua yang dapat dirangkul, namun mereka bukanlah pihak yang bergabung atau tergabung kedalam satu eksponen. Pihak-pihak yang mencari bahkan memburu si lidah panjang itu merasa sulit menemukan keberadaan mereka, walau ada satu atau dua yang dapat dirangkul, namun mereka bukanlah pihak yang bergabung atau tergabung kedalam suatu komponen, meskipun mereka pun berada pada keorganisasian tertentu, namun tidak serta merta mereka memiliki kesamaan pandang dan meleburkan dirinya kedalam wadah yang di ikutinya.
Bahkan tak jarang pula mereka dianggap sebagai kelompok yang diwadahi oleh pemerintah atau BIN padahal sesungguhnya tidak pula. Sebab orientasi berfikir dan rekam jejaknya hanya perduli pada eksistensi kebangsaan serta dorongan kepada gerakan persatuan dan kesatuan serta tegaknya NKRI yang mereka cintai. Sehingga mereka pun tidak mengabdikan dirinya pada siapapun dan tidak pula kepada apapun, termasuk kepada pihak yang diusungnya pula. Pemerintah pun sering terkecoh untuk menampung kelompok ini, sehingga salah mengartikan jika dukungan tersebut dapat ditukar dengan jabatan yang ditawarkan kepadanya.
Sering dari mereka yang berhasil dirangkul dimana disinyalir mereka dari kelompok ini malah menjadikan buah kekecewaan, sebab pada kenyataannya mereka yang dirangkul tersebut hanya memiliki standard berfikir dan berkinerja biasa-biasa saja, serta tidak membawa perubahan apapun pasca mereka ditampung kedalam wadah pemerintah tersebut. Salah comotnya pihak pemerintah itu, sama sekali tidak mengurangi kiprah para si lidah panjang itu yang bersuara nyaring seantero negri ini, pertanyaan pun timbul, siapa dan dimana keberadaan mereka sesungguhnya.
Apalagi kiprahnya yang tak pernah surut untuk menolak segala pernyataan dari kelompok-kelompok radikalisme yang ekstrem serta membawa-bawa ujaran kebencian dan menyeret identitas dari agama tertentu, apalagi didapati jika kecenderungan mereka yang memutar balikkan fakta dari apa yang diungkapkannya melalui miskinnya data yang dimiliki oleh para pengumbar pengkhianatan bangsa tersebut. Tentu ini menjadi bukti bahwa keberadaan mereka bukan sesuatu yang kebetulan dan bersifat pragmatisme semata. Harus diakui bahwa kelompok inilah yang menjadi penentu kemenangan jokowi saat pilpres lalu.
Apalagi posisi mereka yang justru sering menghalau segala fitnah yang dituduhkan oposisi tanpa alasan yang jelas, tentu hal itu agar tidak terserap oleh masyarakat banyak. Walau mereka tergabung sebagai pendukung jokowi, namun tidak serta merta mereka setuju pada siapapun yang terpilih sebagai menteri untuk mendukung jokowi dalam kabinetnya, maka saat ini, sikap kritis itu dinampakkannya pada rendahnya kinerja kementrian perdagangan yang dirasakan sangat meresahkan masyarakat kecil, berbagai alasan yang dikemukakannya, akan tetapi para si lidah panjang ini sudah terlatih untuk melihat persoalan secara jernih.
Jika dahulu pada masa rezim ORBA para menterinya memang selalu unggul terhadap kemampuan legislatifnya, maka saat ini justru para menteri itu terlihat begitu bodohnya, termasuk dalam mengungkapkan alasan kelangkaan dan kenaikan harga barang dari rangkaian eksport yang diungkapkannya dari sesi perdagangan eksport CPO yang hanya mengalami kenaikan sekitar 0,6 % pada 2021 lalu. Hal ini tentu harus direspon oleh jokowi agar tidak bermain-main pada kesungguhan keinginan para pendukungnya yang menginginkan agar menteri perdagangan tersebut segera diberhentikan secara hormat, sebab menunggu keadaan lebih buruk tentu akan berakibat marahnya rakyat terhadap situasi ini.
Penulis : Andi Salim
Editor : Aswat