Andi Salim : Pilihlah Pemimpin Yang Cerdas Untuk Memperoleh Hasil Pembangunan Yang Optimal
Kasatnews.id , Jakarta – Salah seorang pengamat dan relawan Jokowi Andi Salim mensiasati dalam rangka mengatur strategy pemberdayaan masyarakat adalah upaya proses pembangunan di mana masyarakat dapat berinisiatif untuk memulai suatu kegiatan guna memperbaiki situasi dan kondisi diri mereka sendiri. Senin (14/2/2022)
Ianya mengatakan terhadap upaya Pemerintah dalam hal pemberdayaan masyarakat harus dibantu melalui berbagai cara dan metode untuk menciptakan kemandirian dan kemauan dalam mewujudkannya Swadaya karya dan padat karya. Sehingga pengertian pemberdayaan itu sendiri mengacu pada kata Empowerment yang berarti memberi daya atau kekuatan kepada pihak yang kurang mampu membangkitkan diri atau pun kelompok masyarakat tertentu guna menemukan kekuatannya dalam berusaha.
Dikatakan nya lagi, Empowerment sering digunakan pemimpin organisasi atau pimpinan perusahaan untuk memberdayakan anggotanya. Bahkan dalam bidang manajemen, praktik dorongan semacam ini sudah tidak asing lagi untuk diterapkan. Praktik empowerment itu bertujuan untuk mencapai, bahkan melampaui sasaran target yang ditetapkan, oleh karenanya keberdayaan masyarakat itu baru akan terwujud melalui bantuan dari pelaku pemberdayaan itu sendiri. Dimana pelaku pemberdayaan dapat dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, maupun lembaga swadaya masyarakat yang peduli pada keadaan sekitarnya. Pemberdayaan masyarakat pada intinya bermuara pada perubahan yang dilakukan secara gradual, konsisten, sustainable tentunya.
Sebagaimana sosok Presiden Jokowi yang telah membuat banyak pihak tercengang dan merasa dirinya kalah oleh beberapa gelintir orang yang mampu bekerja dibawah aturan dan kendali undang-undang yang sedemikian mengikat, tanpa latar belakang politik yang kental dan rekam jejak sebagai intelektual yang tinggi, sehingga nilai akademiknya terlihat biasa-biasa saja, namun mampu mencetuskan prestasi yang baik hingga menyingkirkan para tokoh intelektual dan pekerja politik yang sudah memiliki segudang pengetahuan atau latar belakang akademik yang mumpuni sebagaimana seringnya para pejabat negara miliki.
Kemampuan leadershipnya yang diperoleh dari sejak beliau memimpin perusahaan, Membawa pengaruh atas peran kepemimpinan yang sangat besar dalam membangun iklim organisasi yang sehat. Sebab bagaimana pun seorang pemimpin yang demikian ternyata dapat mempengaruhi performansi kinerja bawahannya, dengan gaya kepemimpinan yang sarat dengan pengendalian dan pemberdayaan manusia sebagai kunci keberhasilan yang mampu mendefinisikan tujuan organisasi, serta mendistribusikan kewenangannya melalui manajemen yang mencakup segala lini dengan mengedepankan komitmen dalam pelaksanaan kinerja atau lebih kepada implementing performance individualnya.
Gaya kepemimpinan tersebut bersumber pada dua sisi yang sebenarnya berbeda, dimana mereka yang berasal dari pendidikan formal biasanya digolongkan sebagai orang pintar, sedangkan mereka yang sering mengandalkan pendekatan dengan logika, biasanya disebut sebagai orang yang cerdas. Orang yang pintar cenderung menguasai satu bidang namun memiliki intensitas pengetahuan yang dalam mengenai bidang yang dikuasainya, sedangkan orang yang cerdas sering dapat bekerja secara simultan dan tidak hanya menguasai satu bidang saja, akan tetapi dapat juga beberapa bidang lainnya sepanjang hal tersebut dapat diserap secara logika yang dimilikinya.
Disamping itu, mereka yang pintar hanya bisa menjawab hal-hal yang telah dipelajarinya dimana mereka sering bekerja berdasarkan pengetahuan yang dipelajarinya tersebut dan berfikir secara sistematis dengan waktu yang panjang dan memperhitungkan semuanya secara detail. Pada kondisi tertentu, orang cerdas akan selalu berpikir bagaimana bisa keluar dari tekanan dan jika pun mereka mengalami kegagalan, maka mereka cenderung lebih cepat dalam melakukan adaptasi perubahan untuk bangkit kembali. Tak heran jika orang yang cerdas akan selalu berusaha mencari cara menuju keberhasilannya dengan waktu yang relatif lebih cepat.
Lain halnya dengan mereka yang Pintar, mereka akan melakukan segalanya melalui proses tahapan secara teoritis dan sistematis untuk memahami sesuatu hal terlebih dahulu dengan langkah-langkah yang cermat dan dalam jangka waktu tertentu. Termasuk dalam hal implementasi dari suatu penerapan, sebab orang yang pintar akan selalu menyandingkan apa yang dilakukannya dengan disiplin ilmu (Teks Book) yang mereka miliki. Sedangkan bagi mereka yang cerdas justru lebih mengaitkan keputusannya dengan melihat akar persoalan di mulai dari hulu hingga menuju hilirnya. Maka tak heran pula jika apa yang dijalankannya terkadang bertentangan dengan teori-teori oleh karena penyesuaian pada situasi dan kondisi tertentu.
Kesimpulannya, kita membutuhkan para pejabat dan pemimpin bangsa yang cerdas dalam mengendalikan jalannya roda pemerintahan untuk secara cepat dan tajam kearah pembangunan yang berpihak pada kepentingan masyarakat luas demi mencapai kesejahteraannya, bukan sekedar mensyaratkan kelulusan akademik untuk memperoleh jabatan tertentu, sehingga mereka yang cerdas justru menjadi sulit untuk masuk kedalam proses seleksi yang diajukan. Maka dari cara yang demikian, tentu saja mereka yang berlatar belakang akademik lebih banyak yang menduduki jabatan-jabatan yang tersedia, walau leadership mereka pun sesungguhnya tidak terasah secara baik untuk mengendalikan personil aparatur negara pada kinerja yang lebih optimal.
Pada masa lalu hingga saat ini pun rakyat masih disajikan pada wacana yang sekilas sangat menjanjikan. Kombinasi jawa-luar, Sipil-militer, Nasionalis-Agamis, dll. Dimana para pemilih ditawari berbagai calon dengan latar belakang akademik dengan sederet gelar yang belum tentu mampu bekerja. Sudah saatnya rakyat mengubah paradigma ini dengan keluar dari wacana-wacana yang disajikan para elit politik pada tujuan yang sebenarnya semu pada kemampuan dan hasil yang akan diperoleh nantinya. Sebaiknya kita memilih hanya pada sosok yang cerdas saja, bukan mereka yang pintar otaknya namun miskin pada implementasi dan kinerja yang diharapkan.
(Aswat)